ISRAEL: Di tengah meningkatnya konflik di Jalur Gaza, rumah sakit di seluruh wilayah tersebut menghadapi situasi yang mengerikan, dengan adanya kekurangan bahan bakar generator.
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) telah mengeluarkan peringatan mendesak, yang menyatakan bahwa cadangan bahan bakar di rumah sakit tersebut diperkirakan hanya bertahan sekitar 24 jam lagi.
– Iklan –
Jika rumah sakit di Gaza kehabisan cadangan bahan bakar dalam 24 jam ke depan, seperti yang diperkirakan, nyawa ribuan pasien akan terancam. “berisiko,” PBB memperingatkan.
Kekurangan bahan bakar generator di rumah sakit di Gaza bukan hanya masalah logistik; ini adalah masalah penting dalam hidup dan mati.
– Iklan –
Menurut OCHA, potensi penutupan generator cadangan dapat menyebabkan ribuan pasien berada dalam situasi genting dengan terbatasnya akses terhadap layanan medis penting.
Di antara pasien-pasien ini terdapat anak-anak dan orang dewasa yang menderita luka parah, dan kelangsungan hidup mereka bergantung pada pasokan listrik yang tidak terputus.
– Iklan –
Fasilitas perawatan kritis seperti Rumah Sakit Nasser kewalahan menangani banyaknya pasien yang mengalami luka parah, termasuk banyak anak kecil.
Parahnya situasi ini dibuktikan dengan Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza yang terpaksa menguburkan 100 jenazah di kuburan umum karena kamar mayat penuh. Puluhan ribu orang yang mencari perlindungan telah berkumpul di dalam gedung rumah sakit.
Gaza di ambang kehancuran
Krisis ini terjadi di tengah krisis kemanusiaan yang parah di Gaza.
Daerah kantong pesisir tersebut, yang telah dikepung selama bertahun-tahun, kini menghadapi kekurangan pangan, air bersih, dan keamanan mendasar. Situasi ini menjadi lebih menantang dengan adanya kemungkinan serangan darat Israel sebagai pembalasan atas serangan mematikan yang dilakukan Hamas.
Militer Israel, yang didukung oleh meningkatnya kehadiran kapal perang AS di wilayah tersebut, mengumpulkan pasukan di sepanjang perbatasan Gaza, bersiap untuk operasi besar yang bertujuan untuk membubarkan kelompok militan tersebut.
Gaza sudah berjuang melawan krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh kekurangan air dan pasokan medis akibat blokade Israel.
Wilayah ini mengalami penurunan pasokan air yang parah, dan bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya akan terjadi.
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan berbagai organisasi kemanusiaan sedang bergulat dengan tantangan memberikan bantuan kepada semakin banyak pengungsi yang mengungsi di sekolah-sekolah dan fasilitas di seluruh Gaza.
Amerika Serikat secara aktif terlibat dalam memfasilitasi kesepakatan untuk membuka kembali penyeberangan Rafah antara Mesir dan Gaza, mengizinkan warga negara asing untuk berangkat, dan memberikan bantuan kemanusiaan yang penting.
Namun, penyeberangan ini, yang ditutup karena serangan udara awal konflik, belum kembali beroperasi. Israel mengaitkan pencabutan blokade dengan pembebasan tawanan.
Konflik paling mematikan
Konflik yang terjadi saat ini telah menimbulkan banyak kerugian bagi kedua belah pihak. Menurut laporan, sejak dimulainya pertempuran, 2.670 warga Palestina telah tewas dan 9.600 lainnya luka-luka, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Konflik ini kini menjadi yang paling mematikan di antara lima perang di Gaza, yang berdampak pada warga Palestina dan Israel.
Di pihak Israel, lebih dari 1.400 orang telah tewas, terutama warga sipil, menjadikannya konflik paling mematikan sejak perang tahun 1973 dengan Mesir dan Suriah.
Di tengah konflik yang semakin intensif ini, upaya internasional untuk meringankan krisis ini terus dilakukan. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken kembali ke Israel setelah melakukan tur singkat ke negara-negara Arab, dengan tujuan mencegah situasi meningkat menjadi konflik regional yang lebih luas.
Ada juga diskusi mengenai kemungkinan kunjungan Presiden Joe Biden, meskipun rencana konkritnya belum dapat dikonfirmasi.
Eskalasi ini tidak hanya terjadi di Gaza saja. Terjadi peningkatan permusuhan di sepanjang perbatasan Israel dengan Lebanon, yang melibatkan militan Hizbullah yang meluncurkan roket dan rudal anti-tank dan Israel membalasnya dengan serangan udara dan tembakan artileri.
Meningkatnya kekerasan ini telah menimbulkan korban jiwa di kedua belah pihak dan menimbulkan risiko signifikan yang semakin mengganggu stabilitas kawasan.
Baca Juga: Penyeberangan Perbatasan Gaza Dijadwalkan Dibuka Kembali Saat Pasukan Israel Bersiap untuk Serangan Darat